Pengaruh al-Imam Ibnu al-Utsaimin
Pengaruh al-Imam Ibnu al-Utsaimin
Hubungan saya dengan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dimulai pada awal tahun 1419 H, ketika saya mempelajari "Aqidah Wasithiyyah" di bawah bimbingan salah seorang ulama.
Setelah selesai pelajaran, saya mengulang sendiri, sambil menggunakan beberapa buku syarah "Aqidah Wasithiyyah", termasuk syarah Imam Ibnu Utsaimin.
Pada saat itu, saya benar-benar merasakan kemudahan dalam memahami ilmu melalui penjelasan Syaikh Utsaimin yang sederhana. Saya merasa tertarik untuk terus membaca buku-buku beliau rahimahullah, karena saya merasakan seperti berada di lautan ilmu yang luas, penuh kemudahan, metode yang jelas, gaya bahasa yang mudah dipahami dan jauh dari kerumitan seperti yang terjadi pada sebagian orang yang mengaku berilmu namun bukan dari ahlinya.
Saya sering berharap bisa bertemu dengan Imam ini, atau setidaknya melihatnya sekali saja.
Kecintaan terhadap ulama Ahlus Sunnah adalah bagian dari agama dan tanda baiknya aqidah serta manhaj seseorang.
Alhamdulillah, dengan izin Allah, keinginan terbesar saya terkabul.
Pada bulan Ramadhan tahun 1419 H, saya berkesempatan pergi ke Makkah.
Pada hari kesepuluh, seperti biasa, Imam Ibnu al-Utsaimin hadir untuk mengajar di Makkah selama bulan Ramadhan.
Alhamdulillah, saya bisa menghadiri semua pelajaran beliau, baik setelah shalat Subuh maupun setelah shalat Tarawih pada bulan itu.
Kegembiraan saya saat itu tak terlukiskan dan tak ternilai, karena saya diberi kehormatan mendengar langsung dari beliau tanpa perantara. Segala puji bagi Allah sebelum dan sesudahnya.
Sejak saat itu, alhamdulillah, saya menyadari betapa besar ilmu yang dimiliki beliau, dan kecintaan saya terhadapnya semakin bertambah.
Saya mengamati akhlak dan perilaku baik beliau, serta kepeduliannya dalam mengajarkan kebaikan kepada manusia.
Saya berusaha sebaik mungkin untuk mengumpulkan semua buku beliau, bahkan yang ditulis tentangnya, meskipun bukan karya tulisnya.
Ketika semua buku-buku Imam Ibnu al-Utsaimin itu terkumpul, saya memulai proyek untuk memanfaatkan ilmu beliau.
Saya memulai dengan membaca syarah "Tsalatsat al-Ushul", kemudian merangkum dan menyusunnya.
Setelah itu, saya mulai membaca sepuluh jilid pertama dari "Majmu' Fatawa" yang berkaitan dengan aqidah pada bulan Jumada Tsaniyah tahun 1425 H, dan mencatat faedah-faedah serta hal-hal penting yang saya temukan di dalamnya.
Selama enam bulan saya membacanya tanpa merasa bosan, bahkan saya merasakan kebahagiaan yang hanya Allah yang mengetahuinya. Meskipun saya memiliki pekerjaan yang selesai pukul 10:30 malam, alhamdulillah Allah memberkahi sisa waktu malam saya, sehingga terkadang saya menghabiskan seluruh malam membaca majmu’ yang penuh berkah tersebut.
Setelah membaca karya ini, saya mendapatkan faedah yang sangat banyak dan bermacam-macam, mulai dari definisi, pembagian, perbedaan, kaidah, aturan, hingga permasalahan terkait bahasa, dan lain sebagainya yang dikenal dari keistimewaan sang Syaikh Faqih Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah.
Sumber :
Kitab Al-Ijabaat al-Ilmiyyah ala Isykalat al-Aqadiyyah lil Imam Ibnu al-Utsaimin juz 1, hal. 6-9 Dar Mawaddah.
Sabtu, 10 Rabi'ul Awwal 1446 H
Andre Satya Winatra
🎙Silakan dishare!
Jadilah pintu-pintu kebaikan bagi orang lain.
Khalid bin Ma'dan rahimahullah berkata:
إِذَا فُتِحَ لأَحَدِكُمْ بَابُ الْخَيْرِ فَلْيُسْرِعْ إِلَيْهِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي مَتَى يُغْلَقُ عَنْهُ".
"Jika pintu kebaikan terbuka bagimu maka bersegeralah mengerjakannya, karena tidak tahu kapan pintu itu akan tertutup." (Az-Zuhud Imam Ahmad hal. 637)
🌎 *Blog*: https://catatanandresatyawinatra.blogspot.com/?m=1
📥 *Telegram*:
https://t.me/catatanAndreSatyaWinatra
📤 *Facebook*:
https://www.facebook.com/abuabdillah.muwaffaq?mibextid=ZbWKwL
Komentar
Posting Komentar