Wahai Para Suami Jangan Merendahkan Istri di Depan Anak-anak
Wahai Para Suami Jangan Merendahkan Istri di Depan Anak-anak
Syaikh Musthafa al-Adawi hafizhahullah berkata:
“Wahai para ayah janganlah engkau merendahkan seorang ibu di depan anak-anaknya.
Jika engkau ingin membimbing sang ibu, menasehatinya tentang sesuatu, maka lakukanlah secara pribadi antara anda dan dia saja, agar tidak merusak kehormatannya dan tidak menghilangkan kewibawaanya di depan anak-anak.
Jika hal itu terjadi, akibatnya anak-anak tidak akan menaati sang ibu di saat Anda tidak ada di rumah. Disaat itulah, kondisi rumah tangga menjadi berantakan.
Selain itu, jika ingin melakukan pembicaraan dan memberikan sanksi kepada istri Anda, lakukanlah secara rahasia, tanpa sepengetahuan sang anak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”وَمَنْ سَتَرَ مُسْلمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَومَ الْقِيامَةِ" مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
“Siapa saja yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.”
Terkadang, seorang anak melakukan sebuah kesalahan yang perlu diluruskan, lalu sang ibu pun menghukumnya.
Namun, jika sang ayah tiba-tiba datang dengan membentak sang ibu di depan anaknya, dampak yang terjadi malah sebaliknya. Wibawa seorang ibu akan jatuh.
Oleh karena itu, janganlah sekali-kali Anda membentak sang ibu di depan anak-anak. Akan tetapi, bersikaplah lembut dan hargailah dirinya sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang ibu yang memiliki kewibawaan dan kehormatan.
Kalaupun Anda memandang kesalahan anak tidak sampai pada tingkat perlunya pemukulan, katakanlah pada istri Anda,
“Semoga Allah memaafkan anak kita untuk kali ini. Maka, maafkanlah dia. Jika anak kita mengulangi kesalahannya, hukumlah ia dan “aku pun” akan menghukumnya bersamamu.”
Jika Anda memukulnya dan membentaknya di hadapan anak-anak, hasil yang terjadi adalah dampak negatif yang jelas nampak pada kejiwaan sang anak.
Di antara mereka ada yang menjadi marah dan benci kepada Anda. Ia pun merasa sangat sedih terhadap ibunya yang Anda pukuli itu.
Namun, ada juga yang malah “memanfaatkan” sikap kasar itu dalam dirinya.
Maka, jika si anak berbuat salah lalu dihukum oleh ibunya, si anak malah akan berkata, ”Nanti aku laporkan kepada ayah supaya ayah memukul ibu.”
Dengan demikian, suasana rumah terasa runyam dan tidak harmonis lagi.”
Sumber :
Kitab Fiqh Tarbiyatul Abna’ wa Thaifatun min Nasha-ihi al-Aththibaa’ karya Syaikh Musthafa Al-‘Adawi, hal. 137 cet. Dar Ibn Rajab.
Wallahu alam.
Andre Satya Winatra
12 Rabi'ul Awwal 1446 H
Silakan dishare!
Jadilah pintu-pintu kebaikan bagi orang lain.
Khalid bin Ma'dan rahimahullah berkata:
إِذَا فُتِحَ لأَحَدِكُمْ بَابُ الْخَيْرِ فَلْيُسْرِعْ إِلَيْهِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي مَتَى يُغْلَقُ عَنْهُ".
"Jika pintu kebaikan terbuka bagimu maka bersegeralah mengerjakannya, karena tidak tahu kapan pintu itu akan tertutup." (Az-Zuhud Imam Ahmad hal. 637)
🌎 *Blog*: https://catatanandresatyawinatra.blogspot.com/?m=1
📥 *Telegram*:
https://t.me/catatanAndreSatyaWinatra
📤 *Facebook*:
https://www.facebook.com/abuabdillah.muwaffaq?mibextid=ZbWKwL
Komentar
Posting Komentar